Entri Populer

Selasa, 13 Maret 2012

WUDHU, TAYAMUM & MANDI


KAIFIYAT WUDLU
( Bagian Ke-1 )

Makna Wudlu :

“Bersuci dengan menggunakan air yang berhubungan dengan wajah, kedua tangan, kepala dan dua kaki”. (Fiqh As-Sunnah 1 : 70).

طَهَارَةٌ مَائِيَّةٌ تَتَعَلَّقُ بِالْوَجْهِ وَالْيَدَيْنِ وَالرَّأْسِ وَالرِّجْلَيْنِ . (فقه السّنّة 1 : 70 ).

Pekerjaan-Pekerjaan Yang Wajib Dalam Wudlu  :

1.    Mencuci atau mengusap anggota wudlu sampai batas tertentu, yaitu mencuci muka, mencuci tangan sampai dengan sikut, mengusap kepala, dan mencuci kaki sampai mata kaki.

“Hai orang-orang yang beriman, jika akan melakukan, hendaklah kamu mencuci muka, kedua tangan sampai sikut, menyapu kepala dan mencuci kedua kaki sampai mata kaki……….”(QS. Al-Maidah [5] : 6). 

يأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا إِذَا قُمْتُمْ إِلَى الصَّلاَةِ فَاغْسِلُوْا وُجُوْهَكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ إِلَى الْمَرَافِقِ ..... (س. المائدة {5} : 6 ).

2.  Satu kali – satu kali

Dari Ibnu Abbas r.a berkata,”Nabi saw. Berwudlu satu kali satu kali”. (HR. Al-Bukhari 1 : 70 no. 156).

 عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ : تَوَضَّأَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَرَّةً مَرَّةً . (ر. البخارى 1 : 70 رقم 156 ).

3.  Mencuci atau mengusap sampai batas tertentu tidak boleh ada bagian yang terlewatkan.

Dari ‘Abdullah ibnu ‘Amr r.a berkata, “Rasulullah saw. Melihat suatu kaum yang tumit-tumitnya tidak tercuci. Maka beliau bersabda,”Celaku dari api neraka karena tumit-tumitnya (tidak tercuci). Sempurnakanlah olehmu wudlu”. (HR. Abu Daud, An-Nasai dan Ibnu Majah).

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو رَضِيَ اللهُ عَنْهُ : رَأَى رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَوْمًا وَأَعْقَابُهُمْ تَلُوْحُ فَقَالَ : وَيْلٌ لِلأَعْقَابِ مِنَ النَّارِ أَسْبِغُوْا الْوُضُوْءَ . (ر. أبو داود والنّساء وإبن ماجة).

Pekerjaan-Pekerjaan Yang Sunnat Dalam Wudlu


Pekerjaan-pekerjaan yang sunnat dalam wudlu adalah membaca Basmalah pada permulaan wudlu, mendahulukan yang kanan, mencuci tangan sampai pergelangan, berkumur-kumur, menghirup air ke hidung, menyela di antara jari-jari tangan dan kaki, menyela janggut, mencuci dua kali-dua kali atau tiga kali-tiga kali, menggosok gigi, dan membaca do’a setelah wudlu.



KAIFIYAT WUDLU
( Bagian Ke-2 )

اَلتَّسْمِيَّةُ لِلْوُضُوْءِ


1.      Dari Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah saw. bersabda,”Tidak sah shalat orang yang tidak berwudlu, dan tidak sempurna wudlu orang yang tidak menyebut nama Allah di permulaan wudlu”. (HR. Abu Dawud 1 : 25 No. 101).

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : لاَ صَلاَةَ لِمَنْ لاَ وُضُوْءَ لَهُ ، وَلاَ وُضُوْءَ لِمَنْ لَمْ يَذْكُرِ اسْمَ اللهِ عَلَيْهِ . (ر. أبو داود رقم : 101 )

-          Hadits ini dhaif karena dalam sanadnya ada seorang rawi bernama Ya’qub bin Salamah. Ia tidak diketahui mendengar hadits ini dari ayahnya dan ayahnya tidak diketahui mendengar dari Abu Hurairah. (Tahdzibut –Tahdzib 11 : 388 No. 748).

2.      Dari Abu Sa’id bahwasanya Nabi saw. bersabda,” Tidak sempurna wudlu orang yang tidak menyebut nama Allah di permulaan wudlu”. (HR. Ibnu Majah No. 397).

عَنْ أَبِى سَعِيْدٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: لاَ وُضُوْءَ لِمَنْ لَمْ يَذْكُرِ اسْمَ اللهِ عَلَيْهِ. (ر. ابن ماجة برقم : 397)

-          Hadits ini dhaif karena ada Katsir bin Zaed. Ibnu mengatakan,”Ia rawi yang tidak kuat dan berubah”. Al-Bukhari mengatakan,”Munkarul hadits”.(Nailul Authar 1 : 160 – At-Tahdzib 3 : 238).

3.      Dari Sa’id bin Zaid, ia berkata : Rasulullah saw. bersabda,”Tidak sah shalat orang yang tidak berwudlu, dan tidak sempurna wudlu orang yang tidak menyebut nama Allah di permulaan wudlu”. (HR. Ibnu Majah No. 398).

عَنْ سَعِيْدِ بْنِ زَيِدٍ يَقُوْلُ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : لاَ صَلاَةَ لِمَنْ لاَ وُضُوْءَ لَهُ وَلاَ وُضُوْءَ لِمَنْ لَمْ يَذْكُرِ اسْمَ اللهِ عَلَيْهِ. (ر. ابن ماجة برقم : 398)

-          Hadits ini dhaif, karena ada Abu Tsifal yang menerima dari Robah, keduanya Majhul. (Nailul Authar 1 : 161 – Tuhfathul Ahwadzi 1 : 116).

4.      Dari Sahl bin Sa’ad dari Nabi saw. bersabda,” Tidak sah shalat orang yang tidak berwudlu, dan tidak sempurna wudlu orang yang tidak menyebut nama Allah di permulaan wudlu, dan tidak sah shalat orang yang tidak membaca shalawat atas Nabi, dan tidak sah shalat orang yang tidak mencintai (kaum) anshar”. (HR. Ibnu Majah No. 400).

عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: لاَ صَلاَةَ لِمَنْ لاَ وُضُوْءَ لَهُ وَلاَ وُضُوْءَ لِمَنْ لَمْ يَذْكُرِ اسْمَ اللهِ  عَلَيْهِ، وَلاَ صَلاَةَ لِمَنْ لاَ يُصَلِّى عَلَى النَّبِيِّ، وَلاَ صَلاَةَ لِمَنْ لاَ يُحِبُّ اْلاَنْصَارَ. (ر. ابن ماجة برقم : 400)

-          Hadits ini dhaif karena ada Abdul Muhaemin. Al-Bukhari,”Ia munkarul hadits”.(Ad-Dhu’afa as-Shogir : 83 No. 243).

5.      Dari Abdullah, ia berkata: Saya mendengar Rasulullah saw bersabda,”Apabila salah seorang diantara kamu bersuci, maka sebutlah nama Allah, karena ia mensucikan jasadmu seluruhnya, dan jika tidak menyebut nama Allah dalam bersucinya, (maka) tidak sempurna bersucinya kecuali air itu hanya sekedar lewat”. (HR. Ad-Daruqutni No. 228).   

عَنْ عَبْدِاللهِ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ: إِذَا تَطَهَّرَ أَحَدُكُمْ فَلْيَذْكُرِ اسْمَ اللهِ، فَإِنَّهُ يَطَهِّرُ جَسَدَهُ كُلَّهُ، وَإِنْ لَمْ يَذْكُرِ اسْمَ اللهِ فِى طُهُوْرِهِ، لَمْ يَطْهُرْ مِنْهُ اِلاَّ مَامَرَّ عَلَيْهِ الْمَاءُ. (ر. الدارقطنى برقم : 228)

-          Hadits ini dhaif karena ada Yahya bin Hasyim As-Simsar. Ia dinilai pendusta oleh Ibnu Main. Ibnu Adi mengatakan,”Ia di Bagdad suka memalsu hadits”.(Mizanul ‘Itidal 4 : 41).

6.      Dari Ibnu Umar, ia berkata: Rasulullah saw bersabda,”Barangsiapa berwudlu lalu menyebut nama Allah dalam wudlu, maka ia telah bersuci untuk jasadnya, dan barangsiapa berwudlu (tetapi) tidak menyebut nama Allah dalam wudlunya maka ia bersuci untuk anggota-anggota wudlunya saja”. (HR. Ad-Daruqutni No. 230).

عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَنْ تَوَضَّأَ فَذَكَرَ اسْمَ اللهِ عَلَى وُضُوْئِهِ كَانَ طَهُوْرًا لِجَسَدِهِ، وَمَنْ تَوَضَّأَ وَلَمْ يَذْكُرِ اسْمَ اللهِ عَلَى وُضُوْئِهِ كَانَ طَهُوْرًا ِلأَعْضَائِهِ. (ر. الدارقطنى برقم : 230)

-          Hadits ini dhaif karena ada Abdullah bin Hakim. Adz-Dzahabi mengatakan,”Saya tidak kenal dengannya”. Asy-Syaukani mengatakan,”Ia Matruk”.(Mizanul “Itidal 2 : 411-Nailul Authar 1 : 161).

7.      Dari Aisyah,ia berkata,”Adalah Rasulullah apabila berwudlu, beliau meletakkan tangannya di air lalu menyebut (nama Allah) lalu berwudlu dan meratakan wudlunya.” (HR. Ibnu Abi Syaibah No. 16).

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: كَانَ إِذَا تَوَضَّأَ فَوَضَعَ يَدَهُ فِى الْمَاءِ سَمَّى فَتَوَضَّأَ وَيُسْبِغُ الْوُضُوْءَ. (ر. ابن ابى شيبة برقم : 16)

-          Hadits ini dhaif, karena ada Haritsah bin Muhammad. Ia rawi yang dhaif. (Tuhfathul Ahwadzi 1 : 115 – Majma’az – Zawaid 1 : 220).

8.      “Setiap urusan yang baik yang tidak dimulai dengan Basmalah terputus”. (HR. Abdul Qadir Ar-Ruhawi- Faid al-Qadir syarah Al-Jami’ush Shagir 5 : 13).

كُلُّ أَمْرٍذِى بَالٍ لاَ يُبْدَأُ فِيْهِ " بِبِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ " أَقْطَعُ. (ر. عبد القادر الرهاوى، فيض القدير 5/ 13)

-          Imam AlBani mengatakan dalam kitabnya “Irwa al-Gholil”,”Hadits ini dhaif sekali”. (Ta’liq kitab Fathul Majid syarah kitab At-Tauhid : 17).

Kesimpulan :
Hadits-hadits mengenai urusan membaca Basmalah sangat banyak namun dhaif;
Ibnu Hajar mengatakan,”Sejumlah hadits-hadits ini menunjukkan bahwa benar-benar ada sumbernya”.
Ibnu Abi Syaibah mengatakan,”Telah tetap untuk kita bahwa benar-benar Nabi saw. bersabda seperti itu”.
Ibnu Katsir mengatakan,”Hadits ini diriwayatkan dari beberapa jalan yang saling menguatkan, karena itu hadits ini (mengenai Basmalah) adalah Hasan atau Shahih”. (Aun al-Ma’bud 1 : 177 – Fath Ar-Rabbani 1 : 21).



KAIFIYAT WUDLU
( Bagian Ke-3 )

 " غَسْلُ الْيَدَيْنِ قَبْلَ الْمَضْمَضَةِ "

1.    Dari Aus bin Aus Ats-Tsaqafy, ia berkata ; “Saya melihat Rasulullah saw. berwudlu, beliau membasuh telapak tangannya tiga kali”. (HR. Ahmad – Al-Musnad 5 : 465 No. 16169).

عَنْ أَوْسِ بْنِ أَوْسٍ الثَّقَفِيِّ قَالَ : رَأَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَوَضَّأَ وَاسْتَوْكَفَ ثَلاَثًا، أَيْ غَسَلَ كَفَّيْهِ. (ر. أحمد، المسند 5/ 465 : 16169)  
2.    Dari Ibnu Abi Syaibah, sesungguhnya Atho bin Yazid mengabarkan bahwa Humran  Maula Utsman mengabarkan bahwa ia melihat Utsman bin Affan meminta bejana (berisi air). Lalu ia menuangkan pada kedua telapak tangannya lalu ia membasuhkannya tiga kali kemudian ia memasukkan tangan kanannya dalam bejana lalu ia berkumur-kumur dan menaikkan air ke hidung ….., kemudia ia berkata,; Rasulullah saw bersabda,”Barangsiapa yang berwudlu seperti wudlu saya ini, kemudian ia shalat dua raka’at dan tidak memikirkan dirinya (keduawian), maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu”. (HR. Al-Bukhari No. 159). 

عَنِ ابْنِ شِهَابٍ أَنَّ عَطَاءَ بْنَ يَزِيْدَ أَخْبَرَهُ أَنَّ حُمْرَانَ مَوْلَى عُثْمَانَ أَخْبَرَهُ أَنَّهُ رَأَى عُثْمَانَ ابْنَ عَفَّانَ دَعَا بِإِنَاءٍ فَأَفْرَغَ عَلَى كَفَّيْهِ ثَلاَثَ مِرَارٍ فَغَسَلَهُمَا ثُمَّ أَدْخَلَ يَمِيْنَهُ فِى اْلإِنَاءِ فَمَضْمَضَ وَاسْتَنْشَقَ ..... ثُمَّ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَنْ تَوَضَّأَ نَحْوَ وُضُوْئِي هَذَا، ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ لاَ يُحَدِّثُ فِيْهِمَا نَفْسَهُ، غُفِرَلَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ. (ر. البخارى برقم : 159)
3.    Dari Abu ‘Alqomah; bahwasanya Utsman meminta bejana (berisi air) lalu ia berwudlu, ia menuangkan air dengan tangan kanannya pada tangan kirinya kemudian ia membasuhnya sampai pergelangan (tangannya). Ia berkata (Al-Qomah), kemudian ia berkumur….. Al-hadits ( HR. Abu Daud No. 109).

عَنْ أَبِى عَلْقَمَةَ: أَنَّ عُثْمَانَ دَعَا بِمَاءٍ فَتَوَضَّأَ فَأَفْرَغَ بِيَدِهِ الْيُمْنَى عَلَى الْيُسْرَى ثُمَّ غَسَلَهُمَا إِلَى الْكُوْعَيْنِ قَالَ: ثُمَّ مَضْمَضَ. الحديث. (ر. أبو داود برقم : 109)
4.    Dari ‘Amr bin Yahya Al-Mazizy dari ayahnya bahwasanya seorang laki-laki berkata kepada ‘Abdullah bin Yazid (ia kakeknya ‘Amr bin Yahya).”Apakah anda bisa memperlihatkan kepadaku bagaimana Rasulullah saw.  berwudlu  ?, Abdullah bin Yazid menjawab,” Ya !. Maka ia meminta bejana (berisi air) ia menuangkan air pada kedua tangan dua kali kemudian ia membasuhnya dua kali , kemudia ia berkumur-kumur dan menghirup air ke hidung dan membuangnya tiga kali. .,….. Al-Hadits. (HR. Al-Bukhari no. 185). 

عَنْ عَمْرِوبْنِ يَحْيَ الْمَازِنِي عَنْ أَبِيْهِ أَنَّ رَجُلاً قَالَ لِعَبْدِاللهِ بْنِ زَيْدٍ – وَهُوَ جَدُّ عَمْرِوبْنِ يَحْيَ – أَتَسْتَطِيْعُ أَنْ تُرِيَنِي كَيْفَ كَانَ رَسُوْل ُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَوَضَّأُ ؟ فَقَالَ عَبْدُاللهِ بْنُ زَيْدٍ: نَعَمْ. فَدَعَا بِمَاءٍ فَأَفْرَغَ عَلَى يَدَيْهِ فَغَسَلَ مَرَّتَيْنِ، ثُمَّ مَضْمَضَ وَاسْتَنْثَرَ ثَلاَثًا. الحديث. (ر. البخارى برقم : 185)
5.    Dari Abu Hurairah, sesungguhnya Rasulullah saw. telah bersabda ,” Apabila salah seorang diantara kamu bangun tidur, maka janganlah memasukkan tangannya (ke air) sebelum ia membasuhnya tiga kali, karena sesungguhnya ia tidak mengetahui dimana tangannya bermalam”. (HR. Al-Jama’ah tetapi Imam Al-Bukhari tidak menyebutkan jumlahnya). Pada lafadz At-Tirmidzi dan Ibnu Majah,” Apabila salah seorang diantara kamu bangun dari tidur  malam.” (Nailul Authar 1 : 163).

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: إِذَا اسْتَيْقَظَ أَحَدُكُمْ مِنْ نَوْمِهِ فَلاَ يَغْمِسْ يَدَهُ حَتَّى يَغْسِلَهَا ثَلاَثًا فَإِنَّهُ لاَ يَدْرِي أَيْنَ بَاتَتْ يَدُهُ.( ر. الجماعة إلا أن البخارى لم يذكر العدد. وفى لفظ الترمذي وابن ماجه : إِذَا اسْتَيْقَظَ أَحَدُكُمْ مِنَ اللَّيْلَ. (نيل الا وطار 1/ 163) 
KAIFIYAT WUDLU
( Bagian Ke-4 )
اَلْمَضْمَضَةُ
1.    Dari Abu Hurairah, bahwasanya Nabi saw. bersabda,”Apabila salah seorang diantara kamu berwudlu, hendaklah memasukkan air kedalam hidungnya kemudian mengeluarkannya kembali”. HR. Al-Bukhari, Muslim dan Abu Daud).

1.    عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : إِذَا تَوَضَّأَ أَحَدُكُمْ فَلْيَجْعَلْ فِى اَنْفِهِ مَاءً ثُمَّ لْيَسْتَنْثِرْ . (ر. البخارى ومسلم وأبو داود)

2.    Dari Humran, bahwasanya ‘Utsman minta air wudlu, lalu ia mencuci dua tangannya tiga kali; kemudian ia berkumur-kumur dan menaikkan air ke hidung dan mengembuskannya, kemudian ia cuci mukanya tiga kali,……….. kemudian ia berkata: Saya pernah lihat Rasulullah saw. berwudlu seperti wudlu saya ini. (Muttafaq ‘alaih)

2.    عَنْ حُمْرَانَ اَنَّ عُثْْمَانَ دَعَا بِوُضُوْءٍ. فَغَسَلَ كَفَّيْهِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ، ثُمَّ تَمَضْمَضَ، وَاسْتَنْشَقَ، وَاسْتَنْثَرَ، ثُمَّ غَسَلَ وَجْهَهُ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ......., ثُمَّ قَالَ: رَاَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  تَوَضَّأَ نَحْوَ وُضُوْئِى هَذَا. (متفق عليه) 

3.    Bagi Abi Dawud pada satu riwayat: “Apabila engkau berwudlu, hendaklah engkau berkumur-kumur”.

3.    وَِلاَبِي دَاوُدَ فِي رِوَايَةٍ اِذَا تَوَضَّأْتَ فَمَضْمَضَ).

4.    Dari ‘Ali, tentang shifat wudlu …… kemudian (Nabi) saw. berkumur-kumur dan membersihkan hidung tiga kali, (yaitu) ia berkumur-kumur dan membersihkan hidung dari tangannya yang ia ambil air dengannya.(Dikeluarkan oleh Abu Daud dan An-Nasai).

4.    عَنْ عَلِيٍّ – فِي صِفَةِ الْوُضُوْءِ – ثُمَّ تَمَضْمَضَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَاسْتَنْثَرَ ثَلاَثًا, يُمَضْمِضُ وَيَسْتَنْثِرُ مِنَ الْكَفِّ الَّذِيْ يَأْخُذُ مِنْهُ الْمَاءَ. (اخرجه ابو داود والنّسائي)ّ.

5.    Dari Abdullah bin Zaid , di-tentang shifat wudlu …… kemudian (Nabi) saw. masukkan tangannya, lalu berkumur-kumur dan menaikkan air ke hidung dari satu tangan; ia berbuat demikian tiga kali. (Muttafaq ‘alaih)

5.    عَنْ عَبْدِاللهِ بْنِ زَيْدٍ- فِي صِفَةِ الْوُضُوْءِ- ثُمَّ اَدْخَلَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدَهُ, فَمَضْمَضَ وَاسْتَنْشَقَ مِنْ كَفٍّ وِاحْدَةٍ, يَفْعَلُ ذَلِكَ ثَلاَثًا. (متفق عليه)

6.    “Kemudian dimasukkannya tangan kanan ke dalam air untuk mengambil air lalu ia berkumur-kumur dan menghirup air dengan hidungnya serta disemburkan kembali”. (H.R. Bukhari, I : 48)

6.    ثُمَّ اَدْخَلَ يَمِيْنَهُ فِي اْلاِنَاءِ فَمَضْمَضَ وَاسْتَنْشَقَ. (ر. البخارى)

7.    Dari Ibnu Abbas dari Nabi saw. : Ia bersabda isaplah (oleh hidung) dua kali atau tiga kali”. (H.R. Abu Daud, : 141, Ibnu Majah : 408)               

7.    وَعَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : إِسْتَنْشِرُوْا مَرَّتَيْنِ بَالِغَتَيْنِ اَوْ ثَلاَثًا. (ر. ابو داود ابن ماجه)


8.    Dari Laqith bin Shabirah. Ia berkata : Telah bersabda Rasulullah saw. : “Sempurnakan wudlu dan selat-selatilah antara jari-jari dan bersungguh-sungguhlah pada menaikkan air ke hidung kecuali kalau engkau shaum”.(HR. Al-Arba’ah dan dishahihkan oleh Ibnu Hujaimah).

8.    عَنْ لَقِيْطِ بْنِ صَبِرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : اَسْبِغِ الْوُضُوْءَ, وَخَلِّلْ بَيْنَ اْلاَصَابِعِ, وَبَالِغْ فِى اْلاِسْتِنْشَاقِ, اِلاَّ اَنْ تَكُوْنَ صَائِمًا. ( اخرجه الاربعة وصحّحه ابن خزيمة.)

9.    Dari Abi Hurairah. Ia berkata : Telah bersabda Rasulullah saw. : Apabila seseorang dari pada kamu bangun dari tidurnya, maka hendaklah ia menaikkan air ke hidung dan menghembuskannya, tiga kali, karena syetan itu bermalam dilobang hidungnya”. (Muttafaq ‘alaih)

9.    عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : اِذَا اسْتَيْقَظَ اَحَدُكُمْ مِنْ نَوْمِهِ فَلْيَسْتَنْثِرْ ثَلاَثاً، فَاِنَّ الشَّيْطَانَ يَبِيْتُ عَلَى خَيْشُوْمِهِ. (ر. متفق عليه)

10.            Dari Thalhah bin Musharrif, dari bapaknya, dari datuknya. Ia berkata: Saya lihat Rasulullah saw. pisahkan antara berkumur-kumur dan menaikkan air ke hidung.(HR. Abu Daud, dengan sanad yang lemah)

10.            عَنْ طَلْحَةَ بْنِ مُصَرِّفٍ عَنْ اَبِيْهِ عَنْ جَدِّهِ قَالَ: رَاَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَفْصِلُ بَيْنَ الْمَضْمَضَةِ وَاْلاِسْتِنْشَاقِ. اَخْرَجَهُ اَبُوْ دَاوُدَ بِاِسْنَادٍ ضَعِيْفٍ.


KAIFIYAT WUDLU
( Bagian Ke-5 )
غَسْلُ الْوَجْهِ
1.    “Hai orang-orang yang beriman, jika akan melakukan, hendaklah kamu mencuci muka, ….”(QS. Al-Maidah [5] : 6). 

1.  يأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا إِذَا قُمْتُمْ إِلَى الصَّلاَةِ فَاغْسِلُوْا وُجُوْهَكُمْ..... (س. المائدة {5} : 6 ).

2.    Wajah/muka adalah (mulai ) dari ujung bagian atas kening sampai ujung bagian bawah dagu secara memanjang ,dan dari telinga sampai telinga secara melebar. (As-Sayis 2 : 171).

2.  اَلْوَجْهُ : مِنْ مَبْدَإِ سَطْحِ الْجَبْهَةِ إِلَى مُنْتَهَى الذِّقْنِ طُوْلاً ، وَمِنَ اْلأُذُنِ إِلَى اْلأُذُنِ عَرْضًا. (السّايس 2 : 171 ).

3.    Dari Humran, bahwasanya ‘Utsman minta air wudlu, lalu ia cuci dua tangannya tiga kali; kemudian ia berkumur-kumur dan menaikkan air ke hidung dan mengembuskannya, kemudian ia membasuh mukanya tiga kali, …………kemudian ia berkata: Saya pernah lihat Rasulullah saw. berwudlu seperti wudlu saya ini. (Muttafaq ‘alaih)

3.  عَنْ حُمْرَانَ اَنَّ عُثْْمَانَ دَعَا بِوُضُوْءٍ. فَغَسَلَ كَفَّيْهِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ، ثُمَّ تَمَضْمَضَ، وَاسْتَنْشَقَ، وَاسْتَنْثَرَ، ثُمَّ غَسَلَ وَجْهَهُ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ، ……… ثُمَّ قَالَ: رَاَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  تَوَضَّأَ نَحْوَ وُضُوْئِى هَذَا. (متفق عليه) 

4.    Dari Abdullah bin Zaid, bahwasanya ia menuangkan (air) dari bejana pada kedua tangannya kemudian mencucinya, kemudian ia membasuh atau berkumur dan menghirup air ke hidung dari satu telapak tangan, ia melakukan hal itu tiga kali, kemudian ia membasuh mukanya tiga kali,….., kemudian ia berkata,”Beginilah wudlu Rasulullah saw.”. (HR. Al-Bukhari  : 191).

4.  عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ زَيْدٍ أَنَّهُ أَفْرَغَ مِنَ اْلإِنَاءِ عَلَى يَدَيْهِ فَغَسَلَهُمَا ، ثُمَّ غَسَلَ أَوْ مَضْمَضَ وَاسْتَنْشَقَ مِنْ كَفَّةٍ وَاحِدَةٍ فَفَعَلَ ذَلِكَ ثَلاَثًا ، فَغَسَلَ وَجْهَهُ ثَلاَثًا ، ...... ، ثُمَّ قَالَ : هَكَذَا وُضُوْءُ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ (ر. البخارى : 191 ).

5.    …. Kemudian sesudah itu (berkumur dan menghirup air ke hidung) beliau membasuh mukanya tiga kali…… (HR. Al-Bukhari 1 : 48).

5.  ..... ثُمَّ غَسَلَ وَجْهَهُ ثَلاَثًا .... (ر. البخارى 1 : 48 ).




KAIFIYAT WUDLU
( Bagian Ke-6 )
غَسْلُ الْيَدَيْنِ
1.    “Hai orang-orang yang beriman, jika akan melakukan, hendaklah kamu mencuci muka,  dan kedua tangan sampai sikut ….”(QS. Al-Maidah [5] : 6). 

1.  يأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا إِذَا قُمْتُمْ إِلَى الصَّلاَةِ فَاغْسِلُوْا وُجُوْهَكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ إِلَى الْمَرَافِقِ ..... (س. المائدة {5} : 6 ).

2.  Firman-Nya : (Wa aydiyakum ilal marofiq) yaitu beserta sikutnya.  (Tafsir Ibnu Katsir 11 : 24).

2.  قَوْلُهُ –(وَاَيْدِيَكُمْ إِلَى الْمَرَافِقِ)- أَيْ مَعَ الْمَرَافِقِ. (تفسير ابن كثير 2 / 24)

3.  Sikut adalah persendian yang ada antara lengan (dari sikut kebahu) dan lengan tangan (dari sikut ke pergelangan). (Fiqhu as – Sunnah 1 : 38).  

3.  الْمِرْفَقُ: هُوَ الْمَفْصِلُ الَّذِي بَيْنِ الْعَضُدِ وَالسَّاعِدِ. (فقه السنة 1/38)

4.  Imam As-Syafi’i mengatakan,”Saya tidak menemukan perbedaan pemahaman mengenai wajibnya (membasuh) sikut dalam berwudlu”. (Subulu as –Salam 1 : 66).

4.  قَالَ الشَّافِعِيُّ : لاَ أَعْلَمُ خِلاَفًا فِى إِيْجَابِ دُخُوْلِ الْمِرْفَقَيْنِ فِى الْوُضُوْءِ. (سبل السلام 1/66)

5.  Dari Jabir bin Abdullah, ia berkata : Rasulullah saw. apabila berwudlu, beliau melingkarkan air pada dua sikutnya. (HR. Ad-Daruqutni : 268). Pada sanadnya ada rawi yang bernama Qosim bin Muhammad bin Uqoil, ia rawi yang matruk, kakeknya juga rawi yang dhaif. (Nail al-Authar 1 : 169 – Tafsir Ibnu Katsir 2 : 24).

5.  عَنْ جَابِرِبْنِ عَبْدِاللهِ قَالَ: كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. إِذَا تَوَضَّأَ أَدَارَ الْمَاءَ عَلَى مِرْفَقَيْهِ.(الدارقطنى برقم: 269). فِيْهِ الْقَاسِمُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ عُقَيِلٍ وَهُوَ مَتْرُوْكً، وَجَدُّهُ ضَعِيْفً. (نيل الاوطار 1/169، تفسير ابن كثير 2/24)

6.  Dari Nu’aim bin Abdullah al-Mujmir, ia berkata,”Saya melihat sahabat Abu Hurairah berwudlu. Ia membasuh mukanya lalu ia mnyempurnakan wudlunya, kemudian ia membasuh tangan kanannya sampai terbasuh lengan kanannya ( antara sikut dan bahu), lalu ia membasuh tangan kirinya samapi terbasuh lengan kirinya (antara sikut dan bahu), kemudian ia mengusap kepalanya, kemudian membasuh kakinya ….. (HR. Muslim : 246).

6.  عَنْ نُعَيْمَ بْنِ عَبْدِاللهِ الْمُجْمِرِ قَالَ: رَأَيْتُ أَبَا هُرَيْرَةَ يَتَوَضَّأُ, فَغَسَلَ وَجْهَهُ فَأَسْبَغَ الْوُضُوْءَ, ثُمَّ غَسَلَ يَدَهُ الْيُمْنَى حَتَّى أَشْرَعَ فِى الْعَضُدِ, ثُمَّ يَدَهُ الْيُسْرَى حَتَّى أَشْرَعَ فِى الْعَضُدِ, ثُمَّ مَسَحَ رَأْسَهُ, ثُمَّ غَسَلَ رِجْلَهُ الْيُمْنَى حَتَّى أَشْرَعَ فِى السَّاقِ, ثُمَّ غَسَلَ رِجْلَهُ الْيُسْرَى حَتَّى أَشْرَعَ فِى السَّاقِ. ثُمَّ قَالَ: هَكَذَا رَأَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ ص. يَتَوَضَّأُ. (مسلم برقم : 246)

KAIFIYAT WUDLU
( Bagian Ke-7 )
مَسْحُ الرَّأْسِ وَمَسَائِلُهُ  (1)

1.    “Hai orang-orang yang beriman, jika akan melakukan shalat, hendaklah kamu mencuci muka,  dan kedua tangan sampai sikut  dan usaplah kepala kamu ….”(QS. Al-Maidah [5] : 6). 

1.    يأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا إِذَا قُمْتُمْ إِلَى الصَّلاَةِ فَاغْسِلُوْا وُجُوْهَكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ إِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُوْا بِرُءُوْسِكُمْ,..... (س. المائدة {5} : 6 ).

2.    Dari Abdullah bin Zaid, bahwasanya Rasulullah saw. mengusap kepalanya dengan kedua tangannya, bagian depannya dan belakangnya, (yaitu Beliau) memulai dari bagian depan kepalanya kemudian menarik kedua tangannya ke belakang sampai ke tengkuknya, lalu menarik kembali kedua tangannya ke tempat semula. (HR. Al-Jama’ah – Nail al-Authar 1 : 184).

2.    عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ زَيْدٍ : أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَسَحَ رَأْسَهُ بِيَدَيْهِ ، فَأَقْبَلَ بِهِمَا وَأَدْبَرَ ، بَدَأَ بِمُقَدَّمِ رَأْسِهِ حَتَّى ذَهَبَ بِهِمَا إِلَى قَفَاهُ ، ثُمَّ رَدَّهُمَا إِلَى الْمَكَانِ الَّذِى بَدَأَ مِنْهُ . (ر. الجماعة – نيل الأوطار 1: 184).

3.    Dari Muawiyah bin Abi Sufyan, bahwasanya ia memperlihatkan kepada mereka (mempraktekkan) wudlu Rasulullah saw. ketika sampai pada mengusap kepala, ia meletakkan kedua telapak tangannya pada bagian depan kepalanya kemudian menariknya sampai ke tengkuknya, lalu menarik kembali kedua tangannya ke tempat semula. (HR. Ahmad – Fath al-Bari 2 : 36).

3.    عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ اَبِى سُفْيَانَ ، أَنَّهُ اَرَاهُمْ وُضُوْءَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  فَلَمَّا بَلَغَ مَسَحَ رَأْسَهُ وَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى مُقَدَّمِ رَأْسِهِ ثُمَّ مَرَّبِهِمَا حَتَّى بَلَغَ الْقَفَا ثُمَّ رَدَّهُمَا حَتَّى بَلَغَ الْمَكَانَ الَّذِى بَدَأَ مِنْهُ . (ر. أحمد – الفتح الربانى 2 :36).

4.    Dari Abdullah bin Zaid –mengenai cara wudlunya Rasulullah saw- lalu beliau membasuh kedua tangannya dua kali sampai kedua sikutnya, kemudian memasukkan tangannya (ke bejana) maka beliau mengusap kepalanya dengan kedua tangannya bagian depannya dan belakangnya satu kali. (HR. Al-Bukhari : 186 – Fath al-Bari 1 : 294).

4.    عَنْ عَبْدِاللهِ بْنِ زَيْدٍ فِى صِفَةِ وُضُوْءِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ غَسَلَ يَدَيْهِ مَرَّتَيْنِ إِلَى الْمِرْفَقَيْنِ ، ثُمَّ أَدْخَلَ يَدَهُ فَمَسَحَ رَأْسَهُ فَأَقْبَلَ بِهِمَا وَأَدْبَرَ مَرَّةً وَاحِدَةً . (ر. البخارى : 186 – فتح البارى 1 : 294).

5.    Dari Abdullah bin Zaid, bahwasanya ia melihat Nabi saw. berwudlu, dan bahwa beliau mengusap kepalanya dengan air yang bukan dari bekas membasuh kedua tangannya. (HR. At-Tirmidzi : 35 – Tuhfah al_ahwadzi 1 : 141).

5.    عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ زَيْدٍ : أَنَّهُ رَأَى النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَوَضَّأَ وَأَنَّهُ مَسَحَ رَأْسَهُ بِمَاءٍ غَيْرِ فَضْلِ يَدَيْهِ . (ر. الترمذى : 35 – تحفة الأحوذى 1 : 141 ).

KAIFIYAT WUDLU
( Bagian Ke-8 )
مَسْحُ الرَّأْسِ وَمَسَائِلُهُ  (2)

Ikhtilap Ulama Tentang Cara Mengusap Kepala Dalam Berwudlu

Pendapat Yang Pertama

Sebagian ‘Ulama menyatakan bahwa mengusap kepala dalam berwudlu itu cukup dengan mengusap sebagian rambut kepalanya sekalipun cuma selembar rambut.
Inilah Madzhab Imam Syafi’i dan Para Pengikutnya :

1.    Al-Syafi’i berkata,”Telah berfirman Allah SWT ; وَامْسَحُوْا بِرُءُوْسِكُمْ  . Dari ayat ini dapat difahami bahwa orang yang mengusap sebagian kepalanya, maka ia sudah dianggap mengusap kepalanya, dan ayat ini tidak mengandung pengertian lain, dan ini merupakan makna ayat yang paling jelas. (Al-Um 1 : 22).     

1.      قَالَ الشَّافِعِىُّ: قَالَ اللهُ تَعَالَى- وَامْسَحُوْا بِرُءُوْ سِكُمْ- وَكَانَ مَعْقُوْلاً فِى اْلآيَةِ اَنَّ مَنْ مَسَحَ مِنْ رَأْسِهِ شَيْئًا فَقَدْ مَسَحَ بِرَأْسِهِ وَلَمْ تَحْتَمِلِ اْلآَيَةُ اِلاَّ هَذَا وَهُوَ اَظْهَرُ مَعَانِيْهَا. (الام 1: 22)

2.    Al-Syafi’I berkata: “Jika seorang laki-laki mengusap bagian kepala mana saja yang ia mau, andai ia tidak berambut (sekalipun) atau rambut kepala bagian mana saja yang ia mau (usap) dengan satu jari, atau sebagian jemarinya, atau dengan telapak tangan atau ia menyuruh orang lain untuk mengusap, hal itu sudah dipandang cukup, begitu juga jika ia mengusap dua sulah atau salah satunya, atau sebagiannya, itupun cukup, sebab semua itu termasuk bagian kepalanya. (Al-Um I:22)

2.      قَالَ الشَّافِعِىُّ: اِذَا مَسَحَ الرَّجُلُ بِاَىِّ رَأْسِهِ شَاءَ اِنْ كَانَ لاَ شَعْرَ عَلَيْهِ وَبِاَىِّ شَعْرٍ رَأْسِهِ شَاءَ بِاُصْبُعٍ وَاحِدَةٍ اَوْبَعِْض اُصْبُعٍ اَوْبَطْنِ كَفِّهِ اَوْ اَمَرَ مَنْ مَسَحَ بِهِ اَجْزَأَهُ ذَالِكَ فَكَذاَلِكَ اِنْ مَسَحَ نَزْعَتَيْهِ اَوْ اِحْدَا هُمَا اَوْ بَعْضَهُمَا اَجْزَأَهُ ِلاَنَّهُ مِنْ رَأْسِهش. (الام 1: 22)

Keterangan Beberapa Hadits:

1.    Hadits dari Al-Mughirah bin Syu’bah r.a, ia berkata: “Sesungguhnya Nabi saw. berwudlu, kemudian ia mengusap ubun-ubunnya, serbannya dan sepatunya”. (Muttafaq Alaih; Al-Munthaqa I : 101)

1.        عَنِ الْمُغِيْرَةِ بْنِ شُعْبَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: اِنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ َتوَضَّأَ فَمَسَحَ بِنَا صِيَتِهِ وَعَلَى الْعِمَامَةِ وَالْخُفَّيْنِ. (متفق عليه المنتقى 1: 101)


2.    Telah mengkhabarkan kepada kami, Muslim dan Juraij, dari ‘Atha, bahwasanya Rasululah saw. berwudlu, kemudian ia menyingkapkan serbannya dari kepalanya, dan ia mengusap bagian depan kepalanya atau ia (‘Atha) berkata: mengusap ubun-ubunnya dengan air. (Al-Um I: 22)

2.        اَخْبَرَنَا مُسْلِمٌ عَنِ ابْنِ جُرَيْجٍ عَنْ عَطَاءٍ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَوَضَّأَ فَحَسَرَ الْعِمَامَةَ عَنْ رَأْسِهِ وَمَسَحَ مُقَدِّمَ رَأْسِهِ اَوْ قَالَ نَاصِيَتَهُ بِالْمَاءِ. (الام 1: 22)

3.    Telah mengkhabarkan kepada kami, Ibrahim bin Muhammad dari ‘Ali bin Yahya dari Ibnu Sirin dari Mughirah bin Syu’bah, bahwasanya Rasululah saw. mengusap ubun-ubun atau ia (Mughirah) berkata: “(Beliau mengusap) bagian depan kepalanya dengan air”. (Al-Syafi’i , Al-Um I:22)

3.        اَخْبَرَنَا اِبْرَاهِيْمُ بْنُ مَحَمَّدٍ عَنْ عَلِيِّ بْنِ يَحْيَى عَنِ ابْنِ سِيْرِيْنَ عَنِ الْمُغِيْرَةِ بْنِ شُعْبَةَ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَسَحَ بِنَاصِيَتِهِ اَوْ قَالَ مُقُدَّمَ رَأْسِهِ بِالْمَاءِ. (الشّافعى. الام 1: 22)

4.    Berdasar hadits Anas riwayat Abi Dawud, ia berkata: “Saya melihat Rasulullah saw. berwudlu, sedang ia memakai serban qathriyah, maka Nabi memasukkan tangannya ke bawah serbannya, lalu mengusap bagian depan kepalanya, dan ia tidak melepaskan serbannya”. (Al-Manar)

4.        لِحَدِيْثِ اَنَسٍ عِنْدَ اَبِى دَاوُدَ قَالَ: رَأَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَوَضَّأُ وَعَلَيْهِ عِمَامَةٌ قِطْرِيَّةٌ فَاَدْخَلَ يَدَهُ تَحْتَ الْعِمَامَةِ فَمَسَحَ مُقَدَّمَ رَأْسِهِ وَلَمْ يَنْقُضِ الْعِمَامَةَ. (المنار)

5.    Mereka berkata bahwa “BA” dalam firman Allah: WAMSAHU BI RU-UUSI KUM adalah untuk menyatakan/menunjukkan sebagian (li altab’idl). (Al-Manar VI : 226)

5.        وَقَالُوْا: اِنَّ الْبَاءَ فِى قَوْلِهِ تَعَالَى: وَامْسَحُوْا بِرُءُ ْوسِكُمْ، لِلتَّبْعِيْضِ. (المنار 6: 226)







KAIFIYAT WUDLU
( Bagian Ke-9 )
مَسْحُ الرَّأْسِ وَمَسَائِلُهُ  (3)

Ikhtilap Ulama Tentang Cara Mengusap Kepala Dalam Berwudlu

Pendapat Yang Kedua

Imam Abu Hanifah berkata: “Wajib mengusap seperempat kepala”, dan pengikut Hanafiyyah- dalam hal ini- mengemukakan alasan pendapat imam mereka bahwa mengusap itu –tentunya- dilakukan dengan tangan, dan cukup ghalibnya (saja) seperempat. Maka mestilah dijadikan ukuran ketentuan minimal.(Tafsir Al-Manar).

وَقَالَ اَبُوْ حَنِيْفَةَ: يَجِبُ مَسْحُ رُبْعِ الرَّأْسِ وَوَجَّهَ الْحَنَفِيَّةُ قَوْلَ اِمَامِهِمْ عَلَى هَذَا بِاَنَّ الْمَسْحَ اِنَّمَا يَكُوْنُ بِالْيَدِ وَهِىَ تَسْتَوْعِبُ مِقْدَارَ الرُّبْعِ فِى الْغَالِبِ فَوَجَبَ تَعْيِيْنُهُ. (المنار)

Pendapat Yang Ketiga

Di antara mereka ada yang berpendapat wajib mengusap kepala seluruhnya, dan tidak menganggap cukup apabila mengusap hanya sebagian saja. Ini pendapat kebanyakan ahlu albeit, begitu pula Imam Malik dan Al-Muzany.

مِنْهُمْ مَنْ يَقُوْلُ اَنَّهُ يَجِبُ مَسْحُ الرَّأْسِ كَلِّهِ وَلاَ يُجْزِئُ مَسْحُ بَعْضِهِ. وَهَذَا مَذْهَبُ اَكْثَرِ الْعِتْرَةِ وَمَالِكٍ وَالْمُزَنِىّ. (الهداية : 38 )

Analisis

1.  Sesungguhnya lafadh dalam ayat tersebut masih mujmal, karena bisa jadi yang dimaksud dari ayat ini mengusap seluruhnya atas dasar “BA” dalam ayat tersebut adalah “BA” zaidah (tambahan) atau mungkin yang dimaksud dengan ayat itu adalah mengusap sebagiannya dengan alasan bahwa “BA” dalam ayat tersebut tab’idliyyah (menunjukkan sebagian), maka jelaslah dengan adanya fi’liyah Nabi bahwa yang dimaksud dari ayat ini adalah arti mengusap seluruhnya. (Fathu Al-Bari).

2.  Diungkapkan, bahwa makna “BA” itu adalah “Lilqalbi” (menukar) yang kira-kira berarti “maka usaplah dengan air, kepala-kepalamu”. Hal ini disebabkan mencuci itu menuntut adanya “maghsulan bih” (air), sementara “al-mas-hu” secara bahasa tidak  menuntut adanya “mamsuhan bih (bahan untuk mengusap). Andai seseorang berkata: Usaplah kepala-kepala kamu”, tentu cukup mengusap dengan tangan tanpa air. (Subulu Al-salam I:43).

اِنَّ لَفْظَ اْلآَيَةِ مُجْمَلٌ ِلاَنَّهُ يَحْتَمِلُ اَنْ يُرَادَ مِنْهَا مَسْحُ الْكُلِّ عَلَى اَنَّ الْبَاءَ زَائِدَةٌ اَوْمَسْحُ الْبَعْضِ عَلَى اَنَّهَا تَبْعِيْضِيَّةِ فَتَبَيَّنَ بِفِعْلِ النَّبِىِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّ الْمُرَادَ اْلأَوَّلُ .(فتح البارى).

وَقِيْلَ مَعْنَى الْبَاءِ فِيْهَا لِلْقَلْبِ وَالتَقْدِيْرُ فَامْسَحُوْا بِالْمَاءِ رُؤُوْسَكُمْ وَذَلِكَ ِلأَنَّ الْغُسْلَ يَقْتَضِىْ مَغْسُوْلاً بِهِ وَالْمَسْحُ لُغَةً لاَيَقْتَضِى مَمْسُوْحًا بِهِ – فَلَوْ قَالَ- إِمْسَحُوْا رُؤُوْسَكُمْ –َلأَجْزَأَ الْمَسْحُ بِالْيَدِ بِغَيْرِ مَاءٍ .(سبل السّلام 1 : 43 ).


3.  Adapun hadits riwayat Al-Syafii dari Atha adalah mursal tidak bisa dijadikan hujjah, sebab Atha adalah seorang tabiin bukan seorang sahabat  . Dan Imam Syafii tidak berhujjah dengan hadits mursal dan demikian pula jumhur/mayoritas pakar hadits.

اَمَّامَارَوَاهُ الشَّافِعِىُّ عَنْ عَطَاءٍ فَهُوَ مُرْسَلٌ لاَ يُحْتَجُّ بِهِ ِلاَنَّ عَطَاءً تَابِعِىٌّ لاَ صَحَابِىٌّ. وَالشَّافِعِىُّ لاَ يَحْتَجُّ بِالْمُرْسَلِ وَكَذَلِكَ جُمْهُوْرُ اْلأَئِمَّةِ مِنَ الْمُحَدِّثِيْنَ. ( الهداية : 39 ).

4.  Adapun hadits Anas itu tidak dapat dijadikan hujjah sebab Abu Ma’qil yang meriwayatkannya dari Anas adalah majhul (tidak dikenal) . Menurut Al-Hafidz Ibnu Hajar, didalam sanad hadits itu perlu ditinjau kembali, andaikata hadits itu dinilai shahih, maka maksud Anas: Sesungguhnya Nabi SAW tidak mengurai /membuka sorbannya, kemudian beliau mengusap seluruh rambutnya .-Dalam hal ini – Ia (Anas) tidak menutup kemungkinan /menafikan menyapu sorban keseluruhannya. Maka diamnya Anas tidak berarti menafikan menyapu seluruh kepalanya .(Al-Manar)  

وَحَدِيْثُ اَنَسٍ لاَ يُحْتَجُّ بِهِ ِلاَنَّ اَبَامَعْقِلِ الَّذِى رَوَاهُ عَنْ اَنَسٍ مَجْهُوْلٌ وَقَالَ الْحَافِظُ بْنُ حَجَرٍ فِى اِسْنَادِهِ نَظَرٌ- وَلَوْصَحَّ الْحَدِيْثُ فَمَقْصُوْدُ اَنَسٍ: اَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمْ يَنْقُضْ عِمَامَتَهُ حَتَّى يَسْتَوْعِبَ مَسْحَ الشَّعْرِ كُلِّهِ وَلَمْ يَنْفِ التَّكْمِيْلَ عَلَى الْعِمَامَةِ. فَسُكُوْتُ اَنَسٍ لاَيَدُلُّ عَلَى نَفْيِهِ. (المنار)

5.  Demikian juga hadits Mughirah yang kedua, tidak berarti tidak menyapu seluruh kepalanya, sebab dalam hadits Mughirah yang pertama telah ditegaskan menyapu seluruh kepalanya.

وَكَذَلِكَ حَدِيْثُ الْمُغِيْرَةِ الثَّانِى لاَ يَسْتَلْزِمُ عَدَمَ اسْتِيْعَابِهِ بِالرَّأْسِ كُلِّهِ وَقَدْ صَرَّحَ فِى الْحَدِيْثِ اْلاَوَّلِ اسْتِيْعَابَهُ.

6.  Menurut mereka bahwa “BA” dalam: WAMSAHUU BIRU-USIKUM memberi arti littab’idl (sebagian). Maka dengan demikian cukup mengusap sebagian kepala saja. Menurut pendapat kami (penulis) kalau sekiranya “BA” disana (dalam ayat termaksud) Littab’idl. Maka bagaimanakah halnya dengan “BA” dalam firman Allah tentang tayammum : FAMSAHUU BI WUJUUHIKUM. Apakah dalam tayamum juga cukup dengan mengusap sebagian wajah saja? 


قِيْلَ اَنَّ الْبَاءَ فِى وَامْسَحُوْا بِرُءُوْسِكُمْ لِلتَّبْعِيْضِ فَيَجُوْزُ مَسْحُ بَعْضِ الرَّأْسِ. قُلْتُ لَوْكَانَ الْبَاءُ هُنَا لِلتَّبْعِيْضِ فَكَيْفَ بِالْبَاءِ فِى قَوْلِهِ تَعَالَى فِى التَّيَمُّمِ- فَامْسَحُوْا بِوُجُوْهِكُمْ- َاْلاَيَة. فَهَلْ يَجُوْزُ مَسْحُ بَعْضِ الْوَجْهِ فِى التَّيَمُّمِ؟ ( الهداية : 39 ).

KAIFIYAT WUDLU
( Bagian Ke-10 )
مَسْحُ الرَّأْسِ وَمَسَائِلُهُ  (4)
Hadits-Hadits Yang Menunjukkan Mengusap Kepala Seluruhnya

1.Dari Abdullah bin Zaid ra, ia berkata: “Bahwasanya Rasulullah SAW, mengusap kepalanya dengan kedua tangannya, maka Nabi menarik kedua tangannya kebelakang dan mengembalikan lagi, ia memulai dengan bagian depan kepalanya, lalu Ia menarik kedua tangannya sampai tengkuknya, kemudian mengembalikannya lagi pada tempat semula . (HR Al-Jama’ah Al-Muntaqa 1: 95)   

1.عَنْ عَبْدِاللهِ بْنِ زَيْدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ اِنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَسَحَ رَأْسَهُ بِيَدَيْهِ فَاَقْبَلَ بِهِمَا وَاَدْبَرَ بَدَأَ بِمُقَدَّمِ رَأْسَهُ ثُمَّ ذَهَبَ بِهِمَا اِلَى قَفَاهُ ثُمَّ رَدَّهُمَا اِلَى الْمَكَانِ الَّذِيْ بَدَأَ مِنْهُ. (ر. الجماعة- المنتقى 1: 95)
2.Saya (Ishaq bin Isa) bertanya kepada imam Malik mengenai seorang laki-laki mengusap kepala dalam berwudlu: “Apakah cukup dengan mengusap sebagiannya?”. Maka Imam Malik menjawab: “Telah menceritakan kepada kami Umar bin Yahya dari Ayahnya, dari Abdullah bin Zaid, ia berkata: Rasulullah SAW , mengusap dalam wudlu mulai dari ubun-ubunnya sampai tengkuknya, lalu Rasulullah mengembalikan kedua tangannya ke ubun-ubunnya, maka ini berarti Nabi mengusap kepala seluruhnya”. (Fathu Al-Bari 1: 251).     

2.سَأَلْتُ (اِسْحَاقَ بْنَ عِيْسَى) مَالِكًا عَنِ الرَّجُلِ يَمْسَحُ رَأْسَهُ فِى وُضُوْئِهِ اَيُجْزِأُهُ ذَلِكَ ؟ فَقَالَ حَدَّئَنِى عُمَرُبْنُ يَحْيَ عَنْ اَبِيْهِ عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ زَيْدٍ قَالَ مَسَحَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِى وُضُوْئِهِ مِنْ نَاصِيَتِهِ اِلَى قَفَاهُ ثُمَّ رَدَّ يَدَيْهِ اِلَى نَاصِيَتِهِ فَمَسَحَ رَأْسَهُ كُلَّهُ (فتح البارى 1: 251)
3.Telah mengkhabarkan kepada kami, Malik dari Amr bin Yahya Al-Mazini dari ayahnya, bahwa ia berkata: “Saya bertanya kepada Abdullah bin Zaid Al- Anshari: “Apakah kau bisa memperlihatkan kepadaku bagaimana cara Rasulullah berwudlu”
Maka Abdullah bin Zaid berkata: “Ya” Kemudian ia mengusap kepalanya dengan kedua tangannya sampai dengan tengkuknya, lalu ia mengembalikannya ketempat dimana ia memulai, kemudian ia mencuci kedua kakinya”. (Al-Um 1: 23)   

3.اَخْبَرَنَا مَالِكٌ عَنْ عَمْرِوبْنِ يَحْيَى الْمازِنِىِّ عَنْ اَبِيْهِ اَنَّهُ قَالَ: قُلْتُ لِعَبْدِاللهِ زَيْدٍ اْلاَنْصَارِىِّ هَلْ تَسْتَطِيْعُ اَنْ تُرِيَنِى كَيْفَ كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  يَتَوَضَّأُ ؟ فَقَالَ عَبْدُاللهِ بْنِ زَيْدٍ : نَعَمْ ... ثُمَّ مَسَحَ رَأْسَهُ بِيَدَيْهِ وَاَقْبَلَ بِهِمَا وَاَدْبَرَ بَدَأَ بِمُقَدَّمِ رَأْسَهُ ثُمَّ ذَهَبَ بِهِمَا اِلَى قَفَاهُ ثُمَّ رَدَّهُمَا اِلَى الْمَوْضِعِ الَّذِىْ بَدَأَ مِنْهُ ثُمَّ غَسَلَ رِجْلَيْهِ. (الام 1: 23)
4.Imam Al- Syafii berkata: “Pendapat yang terpilih adalah , hendaklah seseorang mengambil air dengan kedua tangannya, lalu ia mengusap kepalanya dengan kedua tangannya kebelakang lalu menariknya kembali ke bagian depan, ia memulai dari bagian depan kepalanya, kemudian ia memajukan sampai ke tengkuk, lalu mengembalikannya lagi sehingga sampai pada tempat dimana ia memulai. Demikianlah cara Nabi SAW mengusap kepalanya”. (Al-Um 1: 23)   

4.قَالَ الشَّافِعِىُّ وَاْْلاِخْتِيَارُ لَهُ اَنْ يَأْخُذَ الْمَاءَ بِيَدَيْهِ فَيَمْسَحُ بِهِمَا رَأْسَهُ مَعًا يُقْبِلُ بِهِمَا وَيُدْبِرُ يَبْدَأُ بِمُقَدَّمِ رَأْسَهُ ثُمَّ يَذْهَبُ بِهِمَا اِلَى قَفَاهُ ثُمَّ يَرُدُّ هُمَا حَتَّى يَرْجِعُ اِلَى الْمَكَانِ الَّذِى بَدَأَ مِنْهُ وَهَكَذَا رُ وِىَ اَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَسَحَ. (الام 1: 23)
5.Berkata Ibnu Qayyim: …. “dan tidak sah bahwa Rasulullah membatasi mengusap sebagian kepalanya, tetpi Nabi jika mengusap ubun-ubunnya ia menyempurnakan sampai dengan sorbannya, dan terkadang Nabi mengusap kepalanya dan terkadang mengusap sorbannya pula ubun-ubunnya dengan sorbannya”. (Zaadu Al- Ma’ad 1: 49). 

5.قَالَ ابْنُ الْقَيِّمِ : وَلَمْ يَصِحَّ اَنَّهُ اقْتَصَرَ عَلَى مَسْحِ بَعْضِ رَأْسِهِ بَلْ كَانَ اِذَا مَسَحَ بِنَاصِيَتِهِ كَمَّلَ عَلَى الْعِمَامَةِ وَكَانَ يَمْسَحُ عَلَى رَأْسِهِ تَارَةً وَعَلَى الْعِمَامَةِ تَارَةً وَعَلَى النَّاصِيَةِ وَالْعِمَامَةِ تَارَةً. (زاد المعاد 1: 49)
---------------  bersambung ---------------
KAIFIYAT WUDLU
( Bagian Ke-11 )
مَسْحُ الرَّأْسِ وَمَسَائِلُهُ  (5)

PERBEDAAN MENGENAI JUMLAH MNGUSAP KEPALA DALAM WUDLU

Mengusap Kepala Tiga Kali

Hadits yang menerangkan mengusap kepala tiga kali diriwayatkan melalui tiga orang sahabat, yaitu Usman bin Afan, Ibnu Umar, dan Ali bin Abu Thalib.

I.   Hadits yang melalui sahabat Usman bin Afan:
 
Dari Usman bin Afan, sesungguhnya ia berwudlu. Maka ia memulai mencuci kedua tangannya (sampai pergelangan) masing-masing sebanyak tiga kali-tiga-kali, lalu ber-istintsar (mengeluarkan air dari hidung) tiga kali, berkumur-kumur tiga kali, mencuci muka tiga kali, mencuci kedua hastanya tiga kali-tiga kali, mengusap kepalanya tiga kali, dan mencuci kedua kakinya tiga kali-tiga kali. Lalu ia mengatakan, “Aku pernah melihat Rasulullah saw. berwudlu (caranya) seperti ini.”

عَنْ عُثْمَانَ بْنِ عَفَّانَ أَنَّهُ تَوَضَّأَ فَغَسَلَ يَدَيْهِ ثَلاَثاً كُلَّ وَاحِدَةٍ مِنْهُمَا وَاسْتَنْثَرَ ثَلاَثاً وَمَضْمَضَ ثَلاَثاً وَغَسَلَ وَجْهَهُ ثَلاَثاً وَغَسَلَ ذِرَاعَيْهِ كُلَّ وَاحِدَةٍ مِنْهُمَا ثَلاَثاً ثَلاَثاً وَمَسَحَ بِرَأْسِهِ ثَلاَثاً وَغَسَلَ رِجْلَيْهِ ثَلاَثاً ثَلاَثاً كُلَّ وَاحِدَةٍ مِنْهُمَا. ثُمَّ قَالَ: رَأَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَوَضَّأُ هَكَذَا.

Hadits ini diriwayatkan oleh imam Ad Daraquthni/Sunan Ad Daraquthni, I : 92-93, Al Baihaqi/Sunanul Qubra, I : 62-63, dan Abu Daud/Sunan Abu Daud, I : 24-25.
Hadits yang diriwayatkan oleh imam Ad Daraquthni itu melalui rawi-rawi yang dinyatakan daif oleh para ahli hadits. Di antara rawi-rawi tersebut ialah:
a.    Ishaq bin Yahya.
Abdullah bin Ahmad bin Hanbal dari ayahnya dan Amr bin Ali keduanya mengatakan, “Ia itu matrukul hadits, munkarul hadits.” Al Bukhari mengatakan, “(para ahli hadits) mereka memperbincangkan tentang hapalannya.” An Nasai mengatakan, “Ia tidak tsiqqah.” Dan pada kesempatan lain ia mengatakan, “Matrukul hadits.” Abu Hatim mengatakan, “Daiful hadits, laisa bilqawi, dan tidak ada tempat untuk dijadikan itibar dengan haditsnya.” (Tahdzibul Kamal, II : 491)
b.    Humran maula Usman
Ibnu Sa’ad telah menerangkan dalam kitabnya “Ath Thabaqat”, ia mengatakan, Aku tidak melihat mereka (para ahli hadits) menggunakannya sebagai hujah, Al Bukhari telah memasukkannya kepada kelompok rawi-rawi yang daif”. (lihat catatan kaki Tahdzibul Kamal, VII : 306)
c.     Amir bin Syaqiq.
Imam Adzhabi mengatakan bahwa Amir bin Syaqiq itu telah dinyatakan daif oleh Ibnu Main, dan Abu Hatim mengatakan, “Ia itu tidak kuat.” (Sunan Ad Daraquthni, I : 87) Menurut Ibnu Hazm, “Amir bin Syaqiq itu tidak termasyhur dalam kekuatan penukilannya.” (Tahdzibul Kamal, XIV : 42)
d.    Ibnu Dzarah.
Ibnu Hajar mengatakan dalam “At Talkhish” (nama kitabnya), “Ibnu Dzarah itu majhul hal.” (Sunan Ad Daraquthni, I : 92)
e.     Shalih bin Abdul Jabbar.
Ibnul Qathan dalam kitabnya mengatakan, “Aku tidak mengenalnya kecuali dalam hadits ini, dan ia itu majhul hal.” (Sunan Ad Daraquthni, I : 93)
f.      Ibnul Baelamani, nama lengkapnya adalah Muhammad bin Abdurrahman Al Baelamani.
Imam Al Bukhari dan At Tirmidzi menyatakan, “Ia itu munkarul hadits.” (Sunan Ad Daraquthni, I : 93)
g.     Abdul Humaid Abu Yahya Al Hamani.
Menurut Al Bukhari bahwa Abdul Humaid itu diperbincangkan dan dinyatakan daif. Menurut Abu Hatim, “Ia itu mudhtharibul hadits, dhaiful hadits.” (Tahdzibul Kamal, XXV : 95)

II.  Hadits yang melalui sahabat Ibnu Umar:
     
Dari Ibnu Umar berkata, “Rasulullah saw. bersabda, ‘Barangsiapa berwudlu, ia mencuci kedua telapak tangannya tiga kali, ber-istintsar tiga kali, berkumur-kumur tiga kali, mencuci muka dan kedua tangannya tiga kali-tiga kali, mengusap kepalanya tiga kali, dan mencuci kedua kakinya tiga kali-tiga kali. Kemudian beliau mengucapkan, ‘Asyhadu an la ilaha illallah wa anna Muhammadan abduhu wa Rasuluh.’, sebelum ia berbicara, maka diampuni (dosa) baginya antaranya dan antara dua wudlu.

عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ : قَالَ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَنْ تَوَضَّأَ فَغَسَلَ كَفَّيْهِ ثَلاَثاً وَاسْتَنْثَرَ ثَلاَثاً وَمَضْمَضَ ثَلاَثاً وَغَسَلَ وَجْهَهُ وَيَدَيْهِ ثَلاَثاً ثَلاَثاً وَمَسَحَ رَأْسَهُ ثَلاَثاً وَغَسَلَ رِجْلَيْهِ ثَلاَثاً ثَلاَثاً ثُمَّ قَالَ : أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ قَبْلَ أَنْ يَتَكَلَّمَ غُفِرَلَهُ مَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْوُضُوْئَيْنِ.

Hadits ini diriwayatkan oleh imam Ad Daraquthni dan pada sanadanya terdapat tiga orang rawi yang daif yaitu Ibnul Baelamani, Abdul Humaid, dan Shalih bin Abdul Jabbar. Adapun tentang kedaifannya telah dijelaskan di atas.

III.  Hadits yang melalui sahabat Ali bin Abu Thalib:

Dari Ali r.a, bahwasanya ia berwudlu tiga kali-tiga kali, dan ia mengusap kepalanya serta kedua telinganya tiga kali, kemudian ia berkata, “Beginilah wudlu Rasulullah saw., yang aku ingin memperlihatkannya kepada kalian.”

عَنْ عَلِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّهُ تَوَضَّأَ ثَلاَثاً ثَلاَثاً وَمَسَحَ بِرَأْسِهِ وَأُذُنَيْهِ ثَلاَثاً هَكَذَا وُضُوْءِ رَسُوْلِ اللهِ (ص) أَحْبَبْتُ أَنْ أُرِيَكُمُوْهُ.

Hadits ini diriwayatkan oleh imam Ad Daraquthni, Al Baihaqi, dan Al Bazar.
Hadits yang diriwayatkan oleh Al Baihaqi melalui rawi yang bernama Abdul Humaid. Adapun tentang kedaifannya sudah diterangkan di atas.
Hadits yang diriwayatkan oleh Ad Daraquthni melalui rawi bernama Mushir bin Abdul Malik bin Sala’.
Imam Al Bukhari mengatakan, “Fihi ba’dhun nadar.” Serta menurut An Nasai, “Ia itu tidak kuat.” (Tahdzibul Kamal, XXVII : 578) Hadits yang diriwayatkan oleh Al Bazar melalui rawi bernama Hayah bin Qais.
Menurut imam Ahmad, ia itu seorang syekh, Ibnul Madini dan Abul Walid Al Fardhi mengatakan, “Ia itu majhul.” Serta Abu Zur’ah mengatakan, “Ia itu la yusamma (tidak dikenal namanya)”. (Mizanul Itidal, IV : 515) dan (Tahdzibut Tahdzib, XII ; 81)

---------------  bersambung -------------

KAIFIYAT WUDLU
( Bagian Ke-12 )
مَسْحُ الرَّأْسِ وَمَسَائِلُهُ  (6)

PERBEDAAN MENGENAI JUMLAH MNGUSAP KEPALA DALAM WUDLU

Mengusap Kepala Dua Kali

Dari Ibnu Abas berkata, “Saya mengunjungi Rasulullah saw. dan beliau sedang bersuci (berwudlu), di hadapannya terdapat bejana air seukuran kurang lebih satu mud (+ ¾ liter) ukuran. Maka mulailah beliau mencuci kedua tangannya (sampai pergelangan), lalu berkumur-kumur dan ia istinsyaq (menghirup air ke hidung) tiga kali-tiga kali, kemudian mencuci mukanya tiga kali serta menselat-selati janggutnya, lalu mencuci kedua dziranya (tangan sampai sikut) tiga kali-tiga kali, dan mengusap kepala beserta kedua telinganya dua kali-dua kali, kemudian mencuci kedua kakinya sampai bersih. Saya bertanya, ‘Wahai Rasulullah, beginikah caranya bersuci?’ Beliau menjawab, ‘Beginilah (cara bersuci) yang telah diperintah oleh Tuhanku azza wa jalla kepadaku”.

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ : دَخَلْتُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  وَهُوَ يَتَطَهَّرُ وَبَيْنَ يَدَيْهِ إِنَاءٌ قَدْرَالْمُدِّ, وَإِنْ زَادَ فَقَلَّ مَا يَزِيْدُ, وَإِنْ نَقَصَ فَقَلَّ مَا يَنْقُصُ فَغَسَلَ يَدَيْهِ وَمَضْمَضَ وَاسْتَنْشَقَ ثَلاَثًا ثَلاَثًا وَغَسَلَ وَجْهَهُ ثَلاَثًا وَخَلَّلَ لِحْيَتَهُ وَغَسَلَ ذِرَاعَيْهِ ثَلاَثًا ثَلاَثًا وَمَسَحَ بِرَأْسِهِ وَأُذُنَيْهِ مَرَّتَيْنِ مَرَّتَيْنِ وَغَسَلَ رِجْلَيْهِ حَتَّى أَنْقَاهُمَا. فَقُلْتُ : يَا رَسُوْلَ اللهِ هَكَذَا التَّطَهُّرُ؟ قَالَ : هَكَذَا أَمَرَنِيْ رَبِّيْ عَزَّ وَجَلَّ.

Hadits ini diriwayatkan oleh imam Ath Thabrani melalui sahabat Ibnu Abas. Beliau mencantumkan hadits ini dalam kitabnya Al Mu’jamul Ausath III: 145. Hadits ini dhaif, karena dalam sanadnya ada seorang rawi bernama Nafi Abu Hurmuz. Ia adalah seorang rawi yang dinyatakan lemah oleh para ahli hadits, di antaranya:
a.     Imam Al Haitsami menyatakan, “Ia seorang rawi yang sangat lemah.” (Majmauz Zawaid, I : 237)
b.    Imam Ahmad dan para ahli hadits mendaifkannya, dan Ibnu Main menyatakan, “Ia itu seorang pendusta.”
c.     Menurut Abu Hatim, “Ia itu matruk, dzahibul hadits (tertuduh dusta dan haditsnya ditinggalkan).”
d.    Imam An Nasai mengatakan, “Dia tidak kuat (tidak tsiqah).” (Mizanul Itidal, IV : 245)

Mengusap Kepala Satu Kali

1.    Imam Al-Syafi’i berkata: “Dan aku suka jika seseorang mengusap kepalanya tiga kali dan kalaupun satu kali, itupun sudah cukup”. (Al-Um I:22)

1.    قَالَ الشَّافِعِىُّ: وَاُحِبُّ لَوْمَسَحَ رَأْسَهُ ثَلاَثًا وَوَاحِدَةٌ تَجْزِئُهُ. (الام 1: 22)

2.    Berkata Abu Dawud: “Hadits-hadits Utsman yang shahih seluruhnya menunjukkan, mengusap kepala satu kali, sebab mereka menyebutkan anggota wudlu tiga kali, kemudian dalam hadits itu pula mereka mengatakan: “Dan ia mengusap kepalanya tanpa menyebut bilangan sebagaimana mereka menyebutkan bilangan dalam mencuci anggota yang lainnya”. (H.R. Abu Dawud I: 24) 

2.    قَالَ اَبُوْ دَاوُدَ : اَحَادِيْثُ عُثْمَانَ الصِّحَاحُ كُلُّهَا تَدُلُّ عَلَى مَسْحِ الرَّأْسِ اَنَّهُ مَرَّةً فَاِنَّهُمْ ذَكَرُوْا الْوُضُوْءَ ثَلاَثًا وَقَالُوْا فِيْهَا وَمَسَحَ رَأْسَهُ وَلَمْ يَذْكُرُوْا عَدَدًا كَمَا ذَكَرُوْا فِى غَيْرِهِ. (ر. ابو داود 1: 24)

3.    Hadits dari Abdurrahman bin Abi Laila, ia berkata: “Saya melihat Ali berwudlu, maka ia mencuci mukanya tiga kali dan ia mengusap kepalanya satu kali, kemudian Ali berkata: “Demikian wudlunya Rasulullah saw.”. (H.R. Abu Dawud I:26)

3.    عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ اَبِىْ لَيْلَى قَالَ : رَأَيْتُ عَلِيًّا تَوَضَّأَ فَغَسَلَ وَجْهَهُ ثَلاَثًا وَغَسَلَ ذِرَاعَيْهِ ثَلاَثًا وَمَسَحَ بِرَأْسِهِ وَاحِدَةً ثُمَّ قَالَ : هَكَذَا تَوَضَّأ



 رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  . (ر. ابو داود 1: 26)

4.    “Sesungguhnya Nabi saw. mengusap kepala dan telinganya satu kali”. (H.R. Abu Daud : 133)

4.    إِنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  مَسَحَ بِرَأْسِهِ وَأُذُنَيْهِ مَرَّةً وَاحِدَةً . (ر. أبو داود : 133).

5.    “Dari Ibnu ‘Abas, sesungguhnya Nabi saw. mengusap kepala dan dua telinga bagian luar dan dalamnya”. (H.R. At-Tirmidzi : 36)

5.    عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  مَسَحَ بِرَأْسِهِ وَأُذُنَيْهِ ظَاهِرُهُمَا وَبَاطِنُهُمَا . (ر. التّرمذى : 36).

6.    Telah berkata Rubaiyi’ : Saya pernah lihat Rasulullah saw. berwudlu’ ……… lalu ia sapu kepala sebelah depan dan sebelah belakang dan dua pelipisan atas dan dua telinga dengan satu kali sapu. (H.R. Abu Daud)

6.    قَالَتِ الرُّبَيْعُ : رَأَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَوَضَّأُ .... فَمَسَحَ رَأْسَهُ وَمَسَحَ مَا أَقْبَلَ مِنْهُ وَمَا أَدْبَرَ وَصُدْغَيْهِ وَأُذُنَيْهِ مَرَّةً وَاحِدَةً . (ر. ابو داود ). 

7.    Bahwasanya Ibnu Abbas pernah lihat Rasulullah saw. berwudlu ……… dan menyapu kepalanya dan telinganya dengan sekali sapu. (H.R. Ahmad)

7.    أنّ ابن عبّاس رأى رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَوَضَّأُ .... وَمَسَحَ بِرَأْسِهِ وَأُذُنَيْهِ مَسْحَةً وَاحِدَةً . (ر. أحمد)

8.    Hadits dari Ibnu Abbas, bahwa ia melihat Rasulullah saw. berwudlu lalu ia menyebutkan di dalam hadits tersebut semuanya tiga kali tiga kali, dan ia mengusap kepalanya serta telinganya satu kali usapan”. (H.R. Ahmad dan Abu Dawud; Nailu Al-Authar I:188)

8.    وَعَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ اَنَّهُ رَأَى رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  يَتَوَضَّأُ فَذَكَرَ الْحَدِيْثَ كُلَّهَا ثَلاَثًا ثَلاَثًا وَمَسَحَ بِرَأْسِهِ وَاُذُنَيْهِ مَسْحَةً وَاحِدَةً. (ر. احمد و ابو داود- نيل الاوطار 1: 188)             


---------------  bersambung ---------------

KAIFIYAT WUDLU
( Bagian Ke-13 )
غَسْلُ الرِّجْلَيْنِ
1.  “Hai orang-orang yang beriman, jika akan melakukan shalat, hendaklah kamu mencuci muka,  dan kedua tangan sampai sikut  dan usaplah kepala kamu, dan cucilah kaki kamu sampai kedua mata kaki ”(QS. Al-Maidah [5] : 6).

1.    يأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا إِذَا قُمْتُمْ إِلَى الصَّلاَةِ فَاغْسِلُوْا وُجُوْهَكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ إِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُوْا بِرُءُوْسِكُمْ وَاَرْجُلَكُمْ إِلَى الْكَعْبَيْنِ.(س. المائدة {5} : 6 )
2.  Dari Abdullah bin ‘Umar r.a, ia berkata ; Nabi saw. tertinggal oleh kami dalam suatu perjalanan, lalu beliau dapat menyusul saat kami bersiap hendak shalat ashar, lalu kami berwudlu dan mengusap kaki kami. Lalu Rasulullah memanggil kami dengan suara yang keras,” Celakalah tumit-tumit di neraka, dua kali atau tiga kali “. (HR. Al Bukhari : 163).

2.    عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ : تَخَلَّفَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنَّا فِى سَفَرَةٍ , فَأَدْرَكَنَا وَقَدْ أَرْهَقْنَا الْعَصْرَ, فَجَعَلْنَا نَتَوَضَّأُ وَنَمْسَحُ عَلَى أَرْجُلِنَا. فَنَادَى بِأَعْلَى صَوْتِهِ (وَيْلٌ لِّْلاَعْقَابِ مِنَ النَّارِ) مَرَّتَيْنِ أَوْثَلاَثًا. (البخارى 163)
3.  Dari Abu Hurairah r.a ; bahwa Nabi saw. melihat seorang laki-laki mencuci dua tumitnya, lalu bersabda,” Celaka tumit-tumit di neraka”. (HR. Muslim : 242).

3.    عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ : اَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَأَى رَجُلاً لَمْ يَغْسِلْ عَقِبَيْهِ فَقَالَ : وَيْلٌ لِّْلأَعْقَابِ مِنَ النَّارِ. (مسلم 242)
4.  Dari Abdullah bin Zaed : …… dan ia mencuci kedua kakinya sampai dengan kedua mata kakinya, kemudian berkata,”Demikianlah wudlunya Rasulullah saw.”. (HR. Al Bukhari : 191).  

4.    عَنْ عَبْدِاللهِ بْنِ زَيْدٍ :... وَغَسَلَ رِجْلَيْهِ إِلَى الْكَعْبَيْنِ, ثُمَّ قَالَ : هَكَذَا وُضُوْءُ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. (البخارى 191)
5.  Jumhur Ulama telah bersepakat tentang wajibnya mencuci kedua mata kaki. (‘Aun al Ma’bud 1 : 182).

5.    وَاتَّفَقَ الْجَمَاهِيْرُ عَلَى وُجُوْبِ غَسْلِ الْكَعْبَيْنِ. (عون المعبود 1 : 182)
6.  Dari Nu’aim bin Abdullah al-Mujmir, ia berkata,”Saya melihat sahabat Abu Hurairah berwudlu. Ia membasuh mukanya lalu ia mnyempurnakan wudlunya, kemudian ia membasuh tangan kanannya sampai terbasuh lengan kanannya ( antara sikut dan bahu), lalu ia membasuh tangan kirinya samapi terbasuh lengan kirinya (antara sikut dan bahu), kemudian ia mengusap kepalanya, kemudian membasuh kakinya sampai terbasuh betisnya, kemudian ia berkata,”Demikianlah saya melihat Rasulullah saw. berwudlu”.  (HR. Muslim : 246).

6.    عَنْ نُعَيْمَ بْنِ عَبْدِاللهِ الْمُجْمِرِ قَالَ: رَأَيْتُ أَبَا هُرَيْرَةَ يَتَوَضَّأُ, فَغَسَلَ وَجْهَهُ فَأَسْبَغَ الْوُضُوْءَ, ثُمَّ غَسَلَ يَدَهُ الْيُمْنَى حَتَّى أَشْرَعَ فِى الْعَضُدِ, ثُمَّ يَدَهُ الْيُسْرَى حَتَّى أَشْرَعَ فِى الْعَضُدِ, ثُمَّ مَسَحَ رَأْسَهُ, ثُمَّ غَسَلَ رِجْلَهُ الْيُمْنَى حَتَّى أَشْرَعَ فِى السَّاقِ, ثُمَّ غَسَلَ رِجْلَهُ الْيُسْرَى حَتَّى أَشْرَعَ فِى السَّاقِ. ثُمَّ قَالَ: هَكَذَا رَأَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ ص. يَتَوَضَّأُ. (مسلم برقم : 246)
7.  Menurut Jumhur Ulama bahwa “Al Ka’bain” itu adalah dua tulang yang menonjol pada persendian yang ada antara betis dan telapak kaki. Tafsir Ibnu Katsir 2 : 28).

7.    وَعِنْدَ الْجُمْهُوْرِ اَنَّ الْكَعْبَيْنِ هُمَا الْعَظْمَانِ النَّاتِئَانِ عِنْدَ مَفْصِلِ السَّاقِ وَالْقَدَمِ. (تفسير ابن كثير 2 : 28)
8.  Dari Kholid bin Ma’dan dari sebagian Sahabat Nabi saw; bahwa Rasulullah saw. melihat seorang laki-laki shalat dan di punggung telapak kakinya ada sebesar uang dirham tidak terkena air, maka Rasulullah saw menyuruhnya untuk mengulangi wadlunya. (HR. Ahmad : 15495).

8.    عَنْ خَالِدِ بْنِ مَعْدَانَ عَنْ بَعْضِ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَأَى رَجُلاً يُصَلِّى وَفِى ظَهْرِ قَدَمِهِ لَمْعَةٌ (قَدْرَ الدِّرْهَمِ) لَمْ يَصْبِهَا الْمَاءُ, فَاَمَرَهُ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يُعِيْدَ الْوُضُوْءَ. (أحمد 15495)
9.  Imam Al-Atsrom berkata; Saya bertanya kepada Imam Ahmad ,”Apakah hadits ini shahih ?”, Ia menjawab (Imam Ahmad) ,”Shahih”. (Fathu ar Rabani 2 : 46).

9.    قَالَ اْلأَثْرَمُ : قُلْتُ ِلأَحْمَدَ : هَذَا إِسْنَادُهُ جَيِّدً؟ قَالَ : جَيِّدٌٌ. (الفتح الربانى 2 : 46)


KAIFIYAT WUDLU
( Bagian Ke-14 )
اَلدُّعَاءُ بَعْدَ الْوُضُوْءِ

1.  Dari Umar bin Khaththab r.a, ia berkata: Rasulullah saw. bersabda,”Tidaklah salah seorang di antaramu berwudlu lalu ia menyempurnakan wudlunya, kemudian ia mengucapkan ;’Asyhadu ……. “, kecuali dibukakan baginya pintu-pintu syurga yang delapan, ia dapat masuk dari pintu mada saja ia kehendaki”. ( HR. Muslim : 234 – Nail al-Authar 1 : 204).

1.    عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ يَتَوَضَّأُ فَيَسْبِغُ الْوُضُوْءَ ثُمَّ يَقُوْلُ : " أَشْهَدُ اَنْ لاَّ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ " ، إِلاَّ فُتِحَتْ لَهُ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ الثَّمَانِيَّةُ ، يَدْخُلُ مِنْ أَيِّهَا شَاءَ .( مسلم : 234 – نيل الأوطار 1 : 204) . 

2.  Hadits yang sama dikeluarkan pula oleh at-Tirmidzi dengan tambahan .”Allahumma ij’alni ….”. Akan tetapi at-Tirmidzi berkata,”Dalam sanadnya idhthirab (goncang) dan tidak shahih sedikitpun juga. (nail al-Authar 1 : 204 – Tuhfah al-Ahwadzi 1 : 181).

2.    وَالْحَدِيْثُ أَخْرَجَهُ اَيْضًا التِّرْمِذِيُّ بِزِيَادَةِ " اَللًّهُمًّ اجْعَلْنِيْ مِنَ التَّوَّابِيْنَ وَاجْعَلْنِيْ مِنَ الْمُتَطَهِّرِيْنَ " لَكِنْ قَالَ التِّرْمِذِيُّ فِى إِسْنَادِهِ إِضْطِرَابٌ وَلاَ يَصِحُّ فِيْهِ كَبِيْرُ شَيْئٍ . (نيل الأوطار 1 : 204- تحفة الأحوذى 1 : 181). 

3.  (Al Ghazali berkata) : “Bacalah ketika mencuci wajah : Allahumma ……. “ ( Bidayatul Hidayah : 15).

3.    وَقُلْ عِنْدَ غَسْلِ الْوَجْهِ : اَللَّهُمَّ بَيِّضْ وَجْهِيْ بِنًُوْرِكَ يَوْمَ تَبْيَضُّ وُجُوْهُ اَوْ لِيَاءِكَ وَلاَ تُسَوِّدْ وَجْهِيْ بِظُلُمُاتِكَ يَوْمَ تَسْوَدُّ وُجُوْهُ اَعْدَاءِكَ . ( بداية الهداية : 15).

4.  (Menurut Ibnu Qoyyim) : Dan Rasulullah tidak mengucapkan sesuatu dalam wudlu selain Basmalah di awalnya dan Syahadat di akhirnya. (Hadyur Rasul : 64).

4.    وَلَمْ يَقُلْ عَلَى وُضُوْئِهِ شَيْأً غَيْرَ التَّسْمِيَّةِ فِى أَوَّلِهِ وَالتَّشَهُّدِ فِى أَخِرِهِ .( هدي الرّسول : 64).

5.  Adapun yang disebut-sebut oleh para pengikut Syafi’i dalam kitab-kitab mereka tentang do’a/bacaan ketika mencuci anggota wudlu seperti ucapan mereka yang dibaca ketika mencuci wajah “ Allahuhha bayyid ….” Dan ketika mencuci tangan kanan “ Allahumma ‘Atini…..” dan ketika mencuci tangan kiri “ Allahumma la tu’tini ….” Dan ketika mengusap kepala “ Allahumma harrim ……”




sampai selesai.  An-Nawawi mengatakan dalam kitabnya Al-Raudhah,” Do’a-do’a ini tidak ada asalnya, dan tidak pernah diterangkan oleh Imam as-Syafi’i dan Jumhur Ulama”. (Al Fath al Rabani 2 : 52).

5.    وَأَمَّا مَا ذَكَرَهُ الشَّافِعِيَّةُ فِى كُتُبِهِمْ مِنَ الدُّعَاءِ عِنْدَ كُلِّ عُضْوٍ مِنَ اْلأَعْضَاءِ ، كَقَوْلِهِمْ عِنْدَ غَسْلِ الْوَجْهِ : " اَللَّهُمَّ بَيِّضْ وَجْهِيْ يَوْمَ تَبْيَضُّ وُجُوْهٌ وَتَسْوَدُّ وُجُوْهٌ " وَعِنْدَ غَسْلِ الْيَدِ الْيُمْنَى : " اَللَّهُمَّ أَعْطِنِىْ كِتَابِيْ بِيَمِيْنِيْ وَحَاسِبْنِيْ حِسَابًا يَّسِيْرً "، وَعِنْدَ غَسْلِ الْيُسْرَى




: " اَللَّهُمَّ لاَ تُعْطِنِيْ كِتَابِيْ بِشِمَالِيْ وَلاَ مِنْ وَرَاءِ ظَهْرِيْ " ، وَعِنْدَ مَسْحِ الرَّأْسِ : " اَللَّهُمَّ حَرِّمْ شَعْرِيْ عَلَى النَّارِ " اِلَخ ....، قَالَ النَّوَوِيُّ فِى الرَّوْضَةِ : هَذَا الدُّعَاءُ لاَ أَصْلَ لَهُ ، وَلَمْ يَذْكُرْهُ الشَّافِعِيُّ وَالْجُمْهُوْرُ . ( الفتح الرّباني 2 : 52 ).

6.  Al Rafi’ dan yang lainnya berkata,”Do’a-do’a ini datang berupa atsar (peninggalan) dari orang-orang shalih/sufi, An-Nawawi berkata dalam kitab al-Raudhah,” Do’a-do’a ini tidak ada asalnya “, Ibnu Shalih berkata,”Dalam hal ini tidak terdapat adanya hadits yang shahih”. (Nail al-Authar 1 : 205).

6.    فَقَالَ الرَّافِعُ وَغَيْرُهُ : وَرَدَ بِهَذِهِ الدَّعْوَاتِ اْلأَثَرُ مِنَ الصَّالِحِيْنَ ،  وَقَالَ النَّوَوِيُّ فِى الرَّوْضَةِ : هَذَا الدُّعَاءُ لاَ أَصْلَ لَهُ ، وَقَالَ ابْنُ الصَّالِحِ : لاَ يَصِحُّ فِيْهِ حَدِيْثٌ . (نيل الأوطار 1 : 205).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar